Senin, 10 Desember 2012

Pak Pos, Ini suratku, surat LDR

Dear, kamu

yang saya tunggu pesanmu tiap malam mengetuk pintu

Selamat malam, kamu..

Begini mungkin rasanya kalau nanti saya dan kamu pacaran jarak jauh.

Ketika saya bosan dengan seluruh kebosanan yang membosankan, saya ingat kamu. Lalu saya hubungi kamu. Tapi entah ponsel kamu atau pemiliknya yang gemar bikin saya gila, sehingga pesan saya tidak ada satupun yang kamu balas. Saya hubungi kamu lewat telepon rumah berkali-kali, berjuta-juta kali. Hanya si tulalit yang bicara pada saya.

Aarghh! Saya kesal.


Kamu selalu saja mengulangi kesalahan yang sama. Padahal kamu tahu saya paling tidak bisa kalau tiba-tiba kamu menghilang tanpa kabar.
Lalu saya jadi uring-uringan.
Saya jadi salah tingkah.
Saya jadi berimajinasi yang tidak-tidak dengan kepergian kamu ke kota kembang.
Saya ingat betapa banyaknya mantan kekasih kamu yang ada di sana.
Saya ingat betapa kamu juga pernah bilang bahwa mereka masih mencari-cari kamu.

Hhhh..
Sebetulnya saya tidak perlu berpikiran senegatif ini kalau kamu melaksanakan kewajiban kamu untuk sekadar menghubungi saya.

Lalu, saya jadi berpikir tentang hubungan kita. Hubungan kita yang mungkin bakalan lebih banyak masalah kalau nanti saya dan kamu berjauhan. Tetapi anehnya, saya belum bisa sesantai kamu saat memikirkannya. Kamu selalu bilang “yaudahlah, jalanin aja..” Dan saya hanya bisa diam sambil meraih pelukan kamu waktu itu.

Dari saya,

wanitamu yang begitu cemburu jika jarak pisahkan kita

Tidak ada komentar:

Posting Komentar